Tajukflores.com – Sejumlah nama bakal calon Gubernur NTT (Nusa Tenggara Timur) pada Pilgub November 2024 mendatang sudah mulai muncul. Salah satunya adalah Orias Petrus Moedak, putra asli NTT yang berprestasi dan bukan kaleng-kaleng.

Hal itu seperti disampaikan oleh bakal calon Wakil Gubernur NTT Sebastian Salang. Sebastian sendiri mengaku tertarik maju pada Pilgub NTT 2004 karena terpengaruh sosok Orias. Dia bahkan menegaskan tidak akan maju jika tidak berpasangan dengan Orias.

“Yang menarik buat saya, ini justru sosok Pak Orias Moedakn-nya sendiri. Sebetulnya, reputasi nasional orang ini, kalau anak sekarang bilang bukan kaleng-kaleng,” katanya dalam zoom politik Tajuk Flores menyambut Pilgub NTT 2024 dengan tema “Mencari Pengganti Viktor B Laiskodat untuk NTT 1” yang digelar secara daring pada Senin (15/4).

Sebastian mengaku keduanya sudah menjalin komunikasi untuk siap maju bersama demi mengatasi segala persoalan yang muncul di NTT saat ini.

Dia mengatakan keduanya juga sudah berdiskusi soal-soal program ke depannya termasuk bagaimana mencegah dan menyelesaikan persoalan kokrupsi yang sudah menggurita di NTT.

“Saya memutuskan maju bersama Pak Orias setelah berkmunikasi, oke lah kita siap kembali ke NTT untuk menyadari betul persoalan NTT ini, lalu kemudian kita berpikir apa yang mesti kita lakukan ke depan kalu kita kembali ke NTT,” kata Sebastian.

Sebastian menjelaskan bahwa Orias Moedak bukanlah sosok yang biasa. Dia sudah berpengalaman di bidang keuangan. Hal ini sangat cocok karena salah satu masalah yang paling berat di NTT saat ini adalah soal pengelolaan uang yang tidak baik karena tidak transparan.

“Ini orang yang punya reputasi nasioanal bahkan internasioanl, dengan segala macam pengalaman dan track record yang dia punya, itu justru mau kembali ke NTT. Dan ini buat saya ssuatu yang menarik dan juga luar biasa. Artinya orang seperti ini mau meninggalkan zona nyaman dan segala yang dia jalani selama ini di tingkat nasional,” jelasnya.

“Saya semakin yakin bahwa kayaknya pengetahuan orang ini, kemampuan orang ini, integritas orang ini lalu kemudian track reord-nya dalam menjlani atau memimpin berbagai BUMN (Badan Usaha Milik Negara), saya kemudian menyakini kira-kira orang ini pas hari ini untuk menjawab persoalan dan tantangan NTT,” lanjut Sebastian.

Sebastian mengatakan Orias Moedak menjadi sosok yang tepat untuk memimpin karena NTT saat ini menyandang begitu banyak predikat negatif.

“Mulai dari kurang gizi NTT paling tingi, korupsi NTT juga NTT menempati posisi paling tinggi, lalu kemudian kemisikinan NTT menempati teratas, lalau kemudian sekarang kabupaten yang menyandang predikat sebagai daerah terbelakang paling banyak itu di NTT, stunting juga banya,” kata Sebastian.

“Itu banyak sekali persoalan yang dihadapi NTT itu yang dari priode ke periode, itu hal seperti itu tidak pernah terurai, tidak pernah selesai. Sementara di sisi yang lain, hari ini yang perlu diketahui kita menghadapi persoalan finansial yang luar biasa. Bisa dicek itu, bagaimana dinas-dinas disana sekaang masih banyak tunjangan pokir DPRD provinsi itu yang mulai dari tahun 2021,2022, 2023 sampai hari ini tak dijalankan. Saya nggak tahu tunggakan-tunggakan lain yang harus dibayar oeh Pemda, apakah sudah dibayar atau belum. Sampai sebegitunya kondisi NTT hari ini,” tutupnya.

Orias Moedak sendiri mengawali karir profesionalnya di sektor jasa keuangan dengan menjadi Senior Auditor KAP Santoso Harsokusumo, member of Ernst & Young International (1991-1994). EY International merupakan perusahaan jasa auditor yang masuk kategori Big Four.

Orias juga menjabat sebagai Direktur Corporate Finance PT Bahana Securities (1994-2000). Dia sempat berkarir di Singapura dengan menjadi Managing Director Investement Banking Daiwa Capital Markets Singapore Ltd (2010-2014).

Kemudian, Orias Petrus Moedak kembali ke Indonesia karena ‘ditarik’ oleh Direktur Utama Pelindo II saat itu, RJ Lino. Orias menjabat Direktur Keuangan Pelindo II (2014-2016), mengelola perusahaan BUMN pengelola pelabuhan terbesar di Indonesia.

Selanjutnya, Orias Petrus Moedak dipromosikan menjadi Direktur Utama Pelindo III (2016-2017). Setahun di Pelindo III, karier Orias Petrus Moedak pun berpindah industri, masih di perusahaan BUMN.

Ia menjabat sebagai Direktur Keuangan PT Bukit Asam Tbk (PTBA), BUMN pertambangan batu bara. Setelah setahun, Orias Petrus Moedak pindah dan menjabat sebagai Direktur Keuangan PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum).

Hanya butuh waktu 9 bulan di Inalum, Orias Petrus Moedak dipercayakan sebagai Wakil Direktur Utama PT Freeport Indonesia. PT Inalum (Persero) memiliki saham mayoritas (51,2 persen) di PT Freeport Indonesia.

Tak sampai setahun, Orias Petrus Moedak memperoleh promosi menjadi Direktur Utama PT Inalum (Persero), holding dari BUMN pertambangan.

Selain menempati jabatan direktur, Orias Petrus Moedak juga menjabat komisaris sejumlah perusahaan, di antaranya Komisaris Independen PT Rukun Raharja, Jakarta (2023-Sekarang).