Tajukflores.comRupiah kembali menunjukkan keperkasaannya terhadap dolar AS pada hari ini, Kamis (11/7). Berdasarkan data Bloomberg, rupiah ditutup naik 0,28% (46 poin) ke posisi Rp16.194 per dolar AS.

Penguatan rupiah kali ini didorong oleh beberapa faktor, salah satunya adalah pernyataan Ketua The Fed Jerome Powell di hadapan Kongres Amerika Serikat.

“Dolar diperdagangkan dalam kisaran yang ketat setelah kesaksian Ketua The Fed Jerome Powell di hadapan Kongres Amerika Serikat. Powell mengatakan, melemahnya pasar tenaga kerja menjadi faktor penting dalam memutuskan kebijakan suku bunga,” kata Analis Pasar Uang, Ibrahim Assuaibi, Kamis (11/7).

Dalam pernyataannya, Powell mengindikasikan kemungkinan penurunan suku bunga pada bulan September.

Baca Juga:  Bitcoin Diprediksi Tutup Maret dengan Positif, Raih Kinerja Positif 7 Bulan Beruntun

Hal ini meredakan kekhawatiran pasar mengenai kenaikan suku bunga agresif oleh The Fed, yang sebelumnya diprediksikan akan menekan nilai tukar rupiah.

Selain itu, investor juga menantikan data Indeks Harga Konsumen (inflasi umum) AS yang akan dirilis malam ini.

Data ini diharapkan dapat memberikan gambaran yang lebih jelas tentang arah kebijakan moneter The Fed.

Di sisi lain, pemerintah Indonesia berencana membatasi BBM bersubsidi mulai 17 Agustus 2024. Hal ini dilakukan untuk mencegah defisit APBN yang semakin melebar akibat fluktuasi harga minyak dan nilai tukar rupiah, serta meningkatnya volume LPG dan listrik bersubsidi.

Baca Juga:  Jarak Sentra Jagung Jadi Kendala Peternak Ayam dan Telur

Meskipun pembatasan BBM bersubsidi dapat memberikan tekanan pada rupiah dalam jangka pendek, di sisi lain, hal ini dapat membantu pemerintah dalam menjaga stabilitas fiskal dan mengurangi defisit APBN.

Secara keseluruhan, prospek rupiah dalam waktu dekat masih akan dipengaruhi oleh berbagai faktor global dan domestik, seperti kebijakan moneter The Fed, data ekonomi AS, dan kebijakan pemerintah Indonesia.

“Defisit APBN menjadi tantangan tersendiri bagi pemerintah, untuk menjaga stabilitas dan keseimbangan anggaran negara. APBN 2024 diperkirakan akan lebih besar dari target yang ditetapkan,” pungkas Ibrahim menutup analisisnya.