Ruteng – Pertunjukan drama “Perdagangan Manusia atau Human Trafficking” yang digelar oleh pelajar dan anak muda di kampung Copu, Desa Wae Codi, Kecamatan Cibal Barat, Kabupaten Manggarai, Nusa Tenggara Timur (NTT), berhasil menyedot perhatian penonton. Drama ini menjadi acara pamungkas rangkaian Natal dan Tahun Baru Bersama pada 31 Desember 2023.
Drama ini menampilkan sejumlah gadis desa yang telah menjadi korban sebagai tenaga kerja wanita (TKW) ilegal ke luar negeri.
Mereka digambarkan telah menjadi korban penipuan dan kekerasan oleh para pencari tenaga kerja dan majikannya.
“Drama ini ingin memberikan edukasi kepada anak-anak di kampung Copu, khususnya yang masih mengenyam pendidikan, agar waspada dan selalu membaca berita sebagai pembanding dalam menerima tawaran yang menggiurkan,” kata Heribertus Arman, selaku sutradara drama tersebut.
Heri, sapaan akrab dari Heribertus Arman, mengatakan bahwa latar belakang munculnya ide menyusun drama itu adalah dengan banyaknya TKW atau pekerja migran Indonesia (PMI) yang telah menjadi korban atas tipuan yang dilakukan oleh pencari tenaga kerja dan bahkan ada kekerasan yang dilakukan oleh majikan di tempat kerja.
“Sering membaca tentang kekerasan yang dilakukan majikan terhadap TKW. Atas dasar itu saya mencoba untuk memberikan ilustrasi yang cukup edukatif dan antisipatif melalui drama yang berjudul “merenggut nyawa”, ujar Heribertus.
“Lalu mengapa bukan “perdagangan manusia”, perdagangan terlalu luas dan motif berbeda-beda. Sementara dalam drama ini bermula tergiur dengan besarnya upah dan nilai uang yang tinggi,” imbuh guru bahasa Inggris dan Sosiologi yang saat ini mengajar di SMAN 2 Cibal tersebut.
Erick, salah satu penonton yang ikut menyaksikan langsung drama tersebut, mengatakan bahwa pentingnya sekolah. Kata dia, karena dengan itu bisa memahami apa sebenarnya TKW.
“Dengan wawasan yang luas juga kita bisa menimbangkan suatu pekerjaan yang cocok untuk kemampuan kita,” ungkap Erick.
Melalui akting yang memukau dan alur cerita yang kuat dari 35 orang anak muda kampung Copu, drama tersebut berhasil menyentuh hati penonton dan membuat mereka tak bisa menahan air mata.
“Sebagian penonton merasa terharu, karena ada salah satu adegan yang mereka lihat dan menurut mereka itu menyedihkan, kebanyakan orang tua mengeluarkan air mata, merasa trauma anak dan suami serta keluarga mereka yang pergi merantau,” ujar Heri.
Drama “Rupiah Merenggut Nyawa” ini diharapkan dapat menjadi sarana edukasi bagi masyarakat, khususnya di NTT, agar lebih waspada terhadap perdagangan manusia.
Tinggalkan Balasan
Anda harus masuk untuk berkomentar.