Tajukflores.com – Pemilihan umum (Pemilu) 2024 akan segera digelar. Dalam pemilu, masyarakat memiliki hak untuk memilih pemimpin yang mereka inginkan. Untuk mendukung hak tersebut, masyarakat perlu mendapatkan informasi yang akurat tentang para calon pemimpin.

Namun, di era digital ini, informasi dapat dengan mudah disebarkan melalui berbagai platform, termasuk media sosial. Di sisi lain, informasi yang disebarkan juga dapat dengan mudah dimanipulasi. Salah satu teknik manipulasi informasi yang dapat digunakan adalah deepfake.

Deepfake adalah teknik manipulasi video dan audio yang menggunakan kecerdasan buatan (AI). Teknik ini dapat digunakan untuk membuat video atau audio yang seolah-olah menampilkan seseorang mengatakan atau melakukan sesuatu yang tidak pernah mereka lakukan.

Teknologi deepfake dapat digunakan untuk menyebarkan informasi palsu atau hoaks. Informasi palsu atau hoaks ini dapat digunakan untuk mempengaruhi opini publik dan mengganggu proses demokrasi.

Hal ini dapat menyebabkan kegaduhan menjelang pemilu 2024 yang akan datang. Negara-negara seperti Indonesia, India, Bangladesh, dan Pakistan harus mewaspadainya.

“Informasi palsu atau misinformasi mengenai ketiga kandidat presiden dan pasangannya beredar secara online, dan berpotensi memengaruhi hasil pemilu,” kata Nuurrianti Jalli, yang mempelajari misinformasi dan media sosial, seperti dikutip dari situs Deutsche Welle.

Teknologi deepfake ini dimanfaatkan dengan menciptakan informasi yang tidak relevan, yang kemudian disebarkan sebagai narasi palsu, sehingga masyarakat dengan mudahnya akan membagikannya melalui jaringan mereka.

“Dalam lingkungan, di mana misinformasi sudah lazim, konten yang dihasilkan AI dapat semakin mengubah persepsi publik dan memengaruhi perilaku memilih,” tutur Jalli, yang juga asisten profesor di sekolah media Oklahoma State University, Amerika Serikat (AS).

Langkah Pencegahan

Untuk mencegah penyebaran deepfake di media sosial, diperlukan langkah-langkah dari berbagai pihak. Pemerintah, platform media sosial, dan masyarakat perlu bekerja sama untuk mengatasi masalah ini.

Pemerintah dapat mengeluarkan regulasi yang mengatur penggunaan deepfake di media sosial. Regulasi ini dapat mengatur tentang pelarangan penyebaran deepfake yang bersifat politis, misalnya deepfake yang digunakan untuk menyerang atau menjatuhkan calon presiden.

Platform media sosial juga perlu meningkatkan upaya untuk mendeteksi dan menghapus deepfake. Platform media sosial dapat menggunakan teknologi untuk mendeteksi deepfake, atau dapat bekerja sama dengan lembaga independen untuk melakukan verifikasi konten.

Masyarakat juga dapat berperan dalam mencegah penyebaran deepfake. Masyarakat perlu waspada terhadap informasi yang beredar di media sosial, dan tidak mudah percaya terhadap informasi yang tidak memiliki sumber yang jelas.

Tips Membedakan Deepfake dan Video Asli

Ada beberapa tips untuk membedakan deepfake dan video asli, yaitu:

  • Perhatikan kejanggalan pada gerakan bibir atau mata. Jika gerakan bibir atau mata tidak sinkron dengan suara, kemungkinan itu adalah deepfake.
  • Perhatikan latar belakang video. Jika latar belakang video terlihat kabur atau tidak jelas, kemungkinan itu adalah deepfake.
  • Perhatikan resolusi video. Jika resolusi video rendah, kemungkinan itu adalah deepfake.

Jika Anda menemukan deepfake, Anda dapat melaporkannya kepada platform media sosial tempat video tersebut dibagikan.